DI TAMAN KANAK-KANAK
Sasaran utama dalam kerangka sistem dan aktifitas persekolahan di antaranya mempersatukan pendidikan dan kreatifitas peserta didik. Tujuannya untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk potensi memberikan respon kreatif terhadap hal-hal sekitar kehidupannya. Ada yang beranggapan bahwa bila daya kreativitas peserta didik rendah, maka secara pedagogis ada yang kurang pas dalam kerangka sistem dan aktivitas persekolahan.Malik Fadjar sebagai praktisi pendidikan berpendapat selama ini proses belajar mengajar terasa rutin dan statis, kalaupun ada perubahan atau perbaikan sifatnya masih sepotong-sepotong dan parsial. Padahal pembaharuan dan perubahan tidak hanya menyangkut didaktik metodik saja, melainkan menyangkut pula aspek-aspek pedagogis, filosofis, input, proses, dan output.
James W. Botkin
menamai proses belajar itu dalam suasana inovatif [innovative Seaming).
Suasana belajar yang inovatif dapat memecahkan persoalan-persoalan
krisis dalam pendidikan dan membentuk ketahanan anak didik maupun
sekolah dalam menghadapi kehidupan serta menjaga harkat martabat manusia
supaya tetap berkembang.
Sementara
ini ada pemahaman yang salah, mereka menganggap bahwa guru TK tidak
lagi berpandangan bahwa taman yang paling indah tempat bermain dan
berteman banyak yang penuh dengan suasana inovatif. Akan tetapi tempat
belajar, tempat mendengar guru mengajar dan mengerjakan PR. Tentu saja
hal itu akan membuat anak-anak jenuh, pasif, dan terlebih lagi hilang
sebagian masa bermainnya.
Dalam
tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana mempertemukan pendidikan dan
kreativitas pada anak didik melalui model pembelajaran di TK yang
atraktif.
PPPG
Tertulis telah rnengadakan studi banding pada sekolah Taman Kanak-kanak
di wilayah Bandung tengah mengenai pengembangar model pendidikan di TK.
Berdasarkan temuan di lapangan ada beberapa TK yang sedang menerapkan
pengembangan –model pendidikan untuk TK Atrakfif.
Gagasan TK
Atraktif tersebut pada dasarnya mempakan upaya mengembalikan TK pada
fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman yang paling indah. Maksud
tainan di sana yaitu TK yang menyenangkan dan menarik. Selain dari itu,
dapajuga menantang anak untuk bermain sambil mempelajari berbagai hal
tentang bahasa, intelektual, motorik, disiplin, emosi, dan sosiobilitas.Kata atraktif
mengandung makna selain menarik dan menyenangkan juga penuh kreativitas
dan dapat mendorong anak bermain sambil belajar sesuai dengan prinsip
pokok pendidikan di TK.
Pengembangan Model Pelajaran untuk TK Atraktif
Seperti
yang sudah diuraikan di atas, bahwa tujuan pokok dari pengembangan TK
atraktif ialah mengembalikan dan menempatkan TK pada fungsinya yang
hakiki sebagai sebuah taman. Secara khusus, pengembangan TK atraktif
bertujuan untuk:
- Menanamkan filosofi pelaksanaan pendidikan di Taman Kanak-kanak. Filosofi pendidikan TK telah disusun dan dituangkan dengan indahnya dalam mars lagu TK. Mars TK bukan hanya sekedar dinyanyikan, tapi merupakan pengejawantahan isi dan makna yang tertuang dalam lagu tersebut. TK adalah “taman yang paling indah”, secara filosofi seharusnya menjiwai pelaksanaan pendidikan TK dengan berbagai bentuk kegiatan yang indah, menarik dan menyenangkan anak. “Tempat bermain”, yaitu melalui bermain anak akan “berteman banyak”, urrtuk mempelajari karakter, keinginan, sikap, dan gayatingkah laku masing-masing.
- Menyebarkan wawasan tentang pelaksanaan pendidikan TK yang atraktif. Tingginya derajat penyimpangan TK mengharuskan perlunya secara intensif penyebaran wawasan dan pemahaman tentang makna dan proses pendidikan TK atraktif.
- Mengubah sikap dan perilaku guru yang belum sesuai dengan kerakteristik pendidikan di TK.
- Mendorong munculnya inovasi dan kreativitas guru dalam menciptakan dan mengembangkan iklim pendidikan yang kondusif di TK.
Selanjutnya suatu Taman Kanak-kanak dapat dikatakan atraktif apabila memenuhi 3 persyaratan yang disebut sebagai 3 pilar utama.
Pilar pertama:
Penataan lingkungan, baik di dalam maupun diluar kelas. Walaupun
penataan lingkungan di TK sudah ada dalam buku pedoman sarana pendidikan
TK. Namun bagi seorang guru yarrg kreafif, tidak ada sejengkal ruangan
yang tidak bisa dijadikan sarana pengembangan anak. Segi penataan
lingkungan di dalam kelas, setiap ruangan, mulai dari lantai, dinding,
rak buku, jendela, sampai langit-langit dapat dibuat menjadi atraktif.
Begitu juga segi penataan lingkungan di luar kelas, mulai dari pintu
gerbang, jalan menuju kelas, tanaman hias, apotik hidup, kandang
binatang ternak, saluran air, tempat sampah, papan pengumuman, ayunan,
jungkitan, papan luncur sampai terowongan semuanya bisa dirancang
atraktif. Contoh: Pintu gerbang- bisa dibentuk menjadi bentuk ikan hiu,
harimau atau ayam.
Pilar kedua: Kegiatan
bermain dan -alat permainan edukatif, Merancang, dan mengembangkan
berbagai jenis alat permainan edukatif, bagi guru yang kreatif akan
menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar anak,
misalnya terbuat dari koran, kardus, biji kacang hijau, batang korek
api, lilin, gelas aqua dan sebagainya. Demikian pula pada kegiatan
pengembangan kemampuan anak, akan dikemas oleh guru menjadi kegiatan
yang menarik. dalam suatu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), contohnya
dalam pembukaan ada kegiatan brainstorming, dalam proses permainan ada kegiatan fun cooking, sandal making, story reading, atau story telling.
Pilar ketiga:
Ada interaksi edukatif yang ditunjukkan guru. Guru TK harus memahami
dan melaksanakan tindakan edukatif yang sesuai dengan usia perkembangan
anak. Mulai dari. pembukaan kegiatan proses KBM sampai penutup kegiatan.
Tindakan guru dapat dimulai dengan memberikan teladan, misalnya cara
duduk, membuang sampah etika makan, berpakaian, berbicara dan
sebagainya. Demikian pula cara bertindak, misalnya memberi pujian dan
dorongan pada anak, menunjukkan kasih sayang dan perhatian hendaknya
adil.Beberapa
Beberapa Model Pendidikan TK Atraktif
Dalam
tulisan ini, akan dikemukakan 2 contoh model pendidikan TK atraktif,
yaitu Pengajaran Suara, Bentuk dan Bilangan dan Sistem PengajaranSentra.
1. Pengajaran Suara, Bentuk, dan Bilangan
Konsep
pengajaran suara, bentuk dan bilangan berawal dari konsep dasar yang
dikemukakan oleh John Heindrich Pestalozzi. Walaupun Pestalozzi hidup
pada abad 16, tapi pandangan dan konsep-konsepnya banyak yang menjadi
kerangka dasar para pemikir pendidikan anak untuk Taman Kanak-kanak di
abad sekarang. Salah satu karyanya berjudul “Die Methoden” yang mengupas
tentang metodologi pembelajaran dalam beberapa bidang pelajaran. Salah
satu pandangannya yang sangat relevan dalam pendidikan untuk TK atrakfif
adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada suara, behtuk dan
bilangan. Konsep ini sangat dekat dengan pengembangan potensi anak pada
dimensi auditori, visual dan memori yang tepat digunakan bagi
perkembangan anak TK.
Pandangan Dasar tentang Pendidikan
Pestalozzi mempunyai
pandangan bahwa pendidikan bukanlah upaya menimbun pengetahuan pada
anak didik. Atas dasar pandangan ini, ia menentang pengajaran yang
“verbalists”. Pandangan ini melandasi pemikirannya bahwa pendidikan pada
hakikatnya usaha pertolongan (bantuan) pada anak agar anakmampu
menolong dirinya sendiri yang dikenal dengan “Hilfe Zur Selfbsthilfe“.
Dilihat
dari konsepsi tujuan pendidikan, Pestolozzi sangat menekankan
pengembangan aspek sosial pada anak sehingga anak dapat melakukan
adaptasi dengan lingkungan sosialnya serta mampu menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Pendidikan sosial ini akan berkembang jika
dimulai dari pendidikan ketuarga yang baik. A Malik Fajar dalam opininya
tentang Renungan Hardiknas tanggal 2 Mei 2001 sangat mendukung gagasan
untuk menghidupkan kembali pendidikan berbasis masyarakat (community base education) dan menjadikannya sebagai paradjgma barn sekaligus model yang patut ditindaklanjuti.
Pada
kenyataannya baik pendidikan maupun sistem dan model-model kelembagaan
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat mencerminkan kondisi sosial,
ekonomi dan budaya. Jadi menurutnya pendidikan berbasis masyarakat akan memperkuat posisi dan peran pendidikan sebuah model sosial. Ada 3 prinsip yang menjadi dasar pendidikan ini, yaitu sebagai berikut.- Pendidikan TK menekankan pada pengamatan alam. Semua pengetahuan bersumber pada pengamatan.- Pengamatan seorang anak pada sesuatu akan menimbulkan pengertian. Pengertian yang baru akan bergabung dengan pengertian lama dan membentuk pengetahuan. Selain itu Pestolozzi juga menganjurkan . pendidikan kembali ke alam (back to nature), atau sekolah alam. Inti utamanya adalah mengajak anak melakukan pengamatan pada sumber belajar di lingkungan sekitar.
- Menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak. Melalui keaktifan anak maka ia akan mampu mengolah kesan pengamatan menjadi pengetahuan. Keaktifan juga akan mendorong anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga merupakan pengalaman langsung dengan lingkungan. Pengalaman interaksi ini akan menimbulkan pengertian tentang lingkungan dan selanjutnya akan menjadi pengetahuan baru. Inilah pemikiran Pestolozzi yang banyak menjadi topik perbincangan yang disebut belajar aktif (active learning).
- Pembelajaran pada anak harus berjalan secara teratur setingkat demi setingkat atau bertahap. Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat anak yang tumbuh dan berkembang secara bertahap. Pandangan dasar tersebut membawa konsekuensi bahwa bahan pengembangan yang diberikan harus disusun secara bertahap, dimulai dari bahan termudah sampai tersulit, dari bahan pengembangan yang sederhana sampai yang terkompleks.
Konsep Pendidikan Atraktif dari Pestolozzi
Ciri
khas pandangan Pestalozzi mengenai proses pendidikan TK atrakfif yaitu
melalui adanya pengajaran suara, bentuk dan bilangan. Semua bidang
pengembangan yang diajarkan pada anak dikelompokkan dalam 3 kategori
sebagai berikut.
- Konsep suara mencakup bahan pengembangan bahasa, pengetahuan sejarah dan pengetahuan bumi.
- Konsep bentuk mencakup pengetahuan bangun, menggambar dan menulis.
- Konsep bilangan mencakup semua aspek yang berkaitan dengan berhitung.
- Melalui gambar : anak diperkenalkan dengan pengertian “Apel”.
- Melalui kosakata :anak mengucapkan kata “apel”.
- Melalui bentuk :anak mengenal bentuk bulat.
- Melalui bilangan :anak menghitung jumlahnya1, 2, 3 dan seterusnya.
2. Sistem Pengajaran Sentra
Model
pendidikan ini, menitik beratkan pada pandangan seorang ahli pendidikan,
Helen Parkhust yang lahir tahun 1807 di Amerika. Pandangannya adalah
kegiatan pengajaran harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan individu
yang mempunyai tempat dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Setiap anak akan maju dan berkembang sesuai dengan
kapasitas kemampuannya masing-masing. Walaupun demikian kegiatan
pengajaran harus memberikan kemungkinan kepada murid untuk berinteraksi,
bersosialisasi dan bekerja sama dengan murid lain dalam mengerjakan
tugas tertentu secara mandiri. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Helen
Parkhust tidak hanya mementingkan aspek individu, tapi juga aspek
sosial.Untuk
itu bentuk pengajaran ini merupakan keterpaduan antara bentuk klasikal
dan bentuk individual. Sebagai gambaran pelaksanaan model ini, dapat
diungkapkan sebagai berikut.
a) Ruangan kelas
Ruangan
kelas dapat dimodifikasi menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut
ruangan vak atau sentra-sentra. Setiap ruangan vak atau sentra. terdiri
atas satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra daya pikir,
sentra daya cipta, sentra agama, sentra seni, sentra kemampuan motorik.
Contohnya pada sentra bahasa terdapat bahan, alat-alat, serta sumber
belajar seperti tape recorder, alat pendengar, kaset, alat peraga,
gambar, dan sebagainya.
Pada
sentra daya pikir berisi bahan-bahan ajar seperti alat mengukur,
manik-manik, lidi untuk menghitung, gambar-gambar, alat-alat geometris,
alat-alat laboratorium atau majalah pengetahuan. Demikian pula pada
sentra khusus seperti sentra balok, sentra air, sentra musik atau sentra
bak pasir.
b) Guru
Setiap
guru harus mencintai dan menguasai bidang pengembangan masing-masing.
Guru harus memberi penjelasan secara umum kepada murid-murid yang
mengunjungi sentranya sesuai dengan tema yang dipelajari. Memberi
pengarahan, mengawasi dan mempematikan murid-murid ketika menggunakan
alat-alat sesuai dengan materi yang dipelajarinya. .Selanjutnya
menanyakan kesulitan yang dialami murid-murid dalam mengerjakan materi
tersebut. Selain dari itu guru sentra harus menguasai perkembangan
setiap murid dalam mengerjakan berbagai tugas s’ehingga dapat mengikuti
tempo dan irama perkembangan setiap murid dalam menguasai bahan-bahan
pengajaran atau tugas perkembangannya.
c) Bahan dan Tugas
Bahan
pengajaran setiap sentra terdiri dari bahan minimal dan bahan tambahan.
Bahan minimal yaitu bahan pengajaran yang berisi uraian perkembangan
kemampuan minimal yang harus dikuasai setiap anak sesuai tingkat
usianya. Bahan ini harus dikuasai anak dan merupakan target kemampuan minimal dalam mempeiajari setiap sentra tertentu.
Bila
anak sudah menguasai bahan pengajaran minimal, dapat memperoleh bahan
pengajaran tambahan, yang merupakan pengembangan atau pengayaan dari
pengajaran minimal. Pengayaan ini diberikan bisa secara individu maupun
kelompok pada anak yang menguasai bahan minimal pada satuan waktu yang
relatif sama. Bahan pengayaan ini tentu saja disesuaikan dengan kondisi
lingkungan, dengan demikian anak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan
sesuai dengan kenyataan dengan penuh tanggungjawab.
Bahan
setiap sentra hendaknya terintegrasi dengan sentra lainnya. Di bawah
ini merupakan contoh adanya integrasi antar sentra bidang pengembangan.
Tema : Tanaman
Sentra bahasa: Dramatisasi “Fun Cooking”‘
Sentra musik: bernyanyi menanam jagung
Sentra Aritmatika: belanja dan menghitung sayur-sayuran
Sentra air: memelihara dan merawat tanaman
Sentra musik: bernyanyi menanam jagung
Sentra Aritmatika: belanja dan menghitung sayur-sayuran
Sentra air: memelihara dan merawat tanaman
d) Murid dan Tugasnya
Setiap
murid akan mendapat tugas dan penjelasan secara klasikal. Masing-masing
murid dapat memilih sentra yang akan diikutinya. la bebas menentukan
waktu dan menggunakan alat-alat untuk menyelesaikan tugasnya. Setiap
murid tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas yang
dikerjakannya selesai.Untuk
mengembangkan sosiobilitas, murid boleh mengerjakan tugas tertentu
bersama-sama. Dengan cara ini murid akan mempunyai kesempatan
bersosialisasi, bekerja sama, tolong menolong satu dengan lainnya. Murid
yang dapat menyelesaikan suatu tugas atau sudah menguasai bahan
minimal, ia dapat meminta tugas tambahan dengan memilih kegiatan lain
yang digemarinya. Agar perbedaan setiap murid tidak terlalu jauh, guru
dapat menetapkan bahan maksimal pada setiap pokok bahasan. Bila murid
tidak dapat menyelesaikannya di sekolah, karena suatu hal, maka guru
dapat memberi izin untuk menyelesaikannya di rumah.
e) Penilaian Kemajuan Murid
Untuk
menilai kemajuan murid digunakan tiga jenis kartu penilaian, yaitu
kartu kemajuan individu, kartu rekapitulasi (mingguan, bulanan, catur
wulan) dan kartu rekapitulasi laporan perkembangan setiap murid.
Penutup
Beranjak
dari uraian di atas, mengenai model pembelajaran TK atraktif, maka
dapat disimpulkan bahwa betapa sistem dan praktik pendidikan perlu
dirancang, dikembangkan agar secara nyata menumbuhkan daya cipta peserta
didik, melahirkan
hal-hal
yang baru, kemampuan berpikir secara divergen, kemampuan merealisasikan
gagasan dan keinginan yang koheren dengan situasi-situasi baru,
membangun konstruksi pemikiran dan aksi yang positif.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya..Amien.
Sumber Bacaan
- Moeslichatoen R. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik IKIP Malang.
- Depdiknas (2000). Diklat calon instruktur guruTK atraktif, Pengembangan Model Pendidikan untuk TK Atraktif, Depdiknas, Dirjen Dikdasmen,PPPG Keguruan Jakarta, 2000.
- Fadjar A. Malik, (2001). Pendidikan dan Kreativitas, Renungan Hardiknas, Harian KOMPAS, Mei 2001.
- Hapidin, (1999). Model-model Pendidikan untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ghiyats Alfiani Press.
- Oleh: Kartini, S.Pd.
(Widyaiswara PPPG Tertulis Bidang Studi Keguruan)